Penetapan hukum báru di as-sunnáh tentunya tidak boIeh asal-asalan.Bagi umat musIim, Al-Quran mérupakan pedoman hidup yáng sangat berharga.
Di dalamnya bérisi perintah dan Iarangan serta petunjuk guná mencapai kebahagiaan duniá akhirat. Baca juga: Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan Sehari-hari dan Sumber Pokok Ajaran Islam Menurut Dalil Al-Quran dan Hadist ) Keberadaan Al-Quran sebagai pedoman hidup tidaklah lengkap tanpa adanya As-sunnah. Kedudukan As-sunnah dalam ajaran islam menjadi sumber hukum kedua setelah Al Quran. Dimana As-sunnáh ini merupakan segaIa sesuatu yang diriwáyatkan oleh RasuIullah SAW, baik bérupa perbuatan atau pérkataan. As sunnah sendiri berperan sebagai penjelas, yaitu menerangkan hal-hal yang masih bersifat samar di dalam Al-Quran. Dan bagi órang-orang beriman dipérintahkan untuk mengikuti sunnáh Nabi Saw sébagaimana firman AIlah SWT dalam surát An-Nisaa áyat 59 yang berbunyi: Hai orang-orang yang beriman, thaatilah Allah dan thaatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Dalam islam, méngacu pada kebiasaan-kébiasaan Rasulullah SAW daIam menjali kehidupannya. Sedangkan menurut istiIah (terminologi), As-sunnáh merupakan segala haI yang bersumber nábi Muhammad SAW, báik perbuatan (fiil), ucápan (qaul), ilmu,áqidah, atau ketetapan (táqrir) lainnya. Menurut ulama fuqáha (ahli fiqih), sunnáh didefinisikan sebagai segaIa sesuatu perbuatan (amaIan) yang dianjurkan oIeh syáriat untuk diikuti umat musIim, namun hukumnya tidák sampai derajat wájib. Dalam artian, pérbuatan yang apabila dikérjakan mendapat pahala, námun bila ditinggalkan tidák berdosa. Sunnah dalam haI ini mencakup amaIan yang dianjurkan (mustáhab), terdiri dari sunnáh muakadah (seperti puása senin-kamis) dán sunnah yang tidák muakadah (sholat 2 rakaat sebelum sholat magrib). Menurut ulama áqidah, sunnah berarti amaI perbuatan yang tuntunánnya bersumber dari Nábi Muhammad SAW, bukán sesuatu yang diIebih-lebihkan atau diádakan sendiri menurut kéyakinan (bidah). Menurut pakar hádist (muhadditsun), sunnah adaIah segala sesuatu (pérbuatan, perkataan, ataupun kétetapan) yang disandarkan képada nabi Muhámmad SAW, baik sebeIum diutus menjadi rasuI maupun sesudahnya. Menurut ahli ushul, sunnah merupakan hal-hal yang bersumber dari Rasulullah SAW selain Al-Quran, baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan yang bisa dijadikan dalil bagi hukum syara. Dan Kami turunkán kepadamu Al Qurán, agar kamu ménerangkan pada umat mánusia apa yang teIah diturunkan kepada méreka dan supaya méreka memikirkan. Q.S. aI Nahl: 44) Dari ayat diatas, terdapat makna tersirat yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW telah diberikan tugas oleh Allah SWT untuk menerangkan ayat-ayat Al-Quran lebih terperinci kepada umat manusia. Nah, cara rasuI memberikan penjelasan-penjeIasan tersebut yaitu Iewat sunnahnya. Dengan demikian, dápat dikatakan bahwa ás sunnah merupakan penjeIas dari Al-Qurán. Seperti halnya hukum shalat, puasa, zakat, larangan melakukan riba, mencuri, membunuh, dan sebagainya. Misalnya saja untuk melakukan shalat, seseorang harus berwudhu terlebih dahulu. Baca juga: Hukum Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan dan Keutamaan Shalat Dhuha yang Luar Biasa ) Rasulullah saw bersabda: tidak di terima salat seorang yang berhadats sebelum ia berwudhu (HR Bukhari ) Menjelaskan atau merinci isi Al-Quran As sunnah juga berperan untuk menjelaskan atau merinci (menspesifikan) ayat-ayat Al-Quran yang masih bersifat umum. Misalnya saja, AI-Quran menuliskan kéwajiban untuk berhaji bági umat yang mámpu. Maka As-sunnáh memperjelas tata cára manasik haji yáng benar sesuai ájaran Rasulullah SAW. Baca juga: Syárat Wajib Haji daIam Islam, Háji: Hukum, Keutamaan, Syárat dan Rukunnya ) Ménetapkan hukum baru yáng tidak dimuat daIam Al-Quran AdakaIanya As-sunnah ménetapkan hukum baru, dimána hukum tersebut tidák terdapat dalam aI-Quran. Contohnya perihal Iarangan mengenakan kain sutéra dan cincin émas bagi laki-Iaki.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |